Perempuan Membantu Perempuan

Diah Saminarsih adalah harapan. Sosoknya mewakili lembaran yang lebih baik tentang banyak soal, terutama tentang perempuan. “Saya adalah bukti, bahwa perempuan membantu perempuan itu bisa,” kata Diah.

Kekuatan perempuan membantu perempuan, Diah meyakinkan, bukan sekadar jargon. Bersama mentornya, mantan Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek, mereka berdua merintis merintis jalan. “Saling bantu dan saling menguatkan,” katanya.

Berawal pada 2010, Diah direkrut sebagai asisten Nila Moeloek yang saat itu adalah Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs. Tak ada anggaran, tak ada barisan staf yang bisa dikerahkan, kantor pun menumpang berpindah-pindah di kantor orang lain. Langkah tak boleh surut. Payung strategis sebagai Utusan Presiden harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mendorong pencapaian MDGs.

Duet Nila dan Diah memulai langkah dengan serangkaian diskusi, mencoba memahami persoalan dari berbagai pihak. Lalu, sampailah mereka pada kesimpulan, intervensi di bidang kesehatan sangat penting. “Persoalannya, problem kesehatan di negeri ini sudah ruwet banget. Kayak dinosaurus yang membatu. Butuh mata dan jiwa yang segar untuk mulai sedikit menghancurkan batu dinosaurus itu.”

Pada 2012, mulailah mereka berdua membuat program Pencerah Nusantara (PN). “Nggak ada duit, jadi kami harus berkeliling meyakinkan orang supaya mau jadi sponsor,” kata Diah. “Kayak jualan mimpi. Tapi, ya, memang hanya mimpi yang kami punya.” Syukurlah, beberapa pihak bersedia menyambut mimpi duet Nila dan Diah, antara lain GE Foundation.

Melalui Pencerah Nusantara, orang-orang muda tenaga kesehatan –dokter, bidan, perawat, farmakolog, ahli kesehatan masyarakat– diterjunkan ke tujuh wilayah terpencil, yakni Toli-Toli dan Sigi (Sulawesi Tengah), Karawang (Jawa Barat), Berau (Kalimantan Timur), Sikakap (Sumatera Barat), Pasuruan (Jawa Timur), Ende (NTT). Setiap lokasi, diterjunkan satu tim terdiri dari lima atau enam orang yang bekerja sebagai tim.

Selama dua tahun, Tim PN bekerja mendengar suara warga, menyerap informasi dan mencari tahu persoalan, lalu menemukan solusi bersama masyarakat. “Ada lokasi yang warganya masih buang air besar di sungai. Jadi, PR tim bagaimana menggerakkan warga membuat jamban,” kata Diah. Ada tim yang membuat kebun gizi, membenahi manajemen puskesmas, juga ada tim yang harus berkeliling pulau-pulau kecil, berperahu di tengah ombak yang ganas, memberi layanan kesehatan. “Bagi para peserta PN, ini pengalaman yang juga mengubah hidup mereka, dari orang kota harus ke daerah terpencil dengan segala keterbatasannya,” kata Diah.

Kini, Pencerah Nusantara telah berusia tujuh tahun. Berbagai indikator kesehatan publik di lokasi PN, perlahan berubah dari merah menjadi kuning lalu hijau. Misalnya, manajemen pelayanan puskesmas lebih baik, kebersihan lingkungan meningkat, juga kebun tanaman pangan di pekarangan tumbuh.

Sejak 2014, Menteri Nila Moeloek mengadopsinya menjadi program pemerintah dengan nama Nusantara Sehat. Ribuan tenaga kesehatan telah dikirim ke berbagai daerah terpencil. “Mereka inilah yang 10, 15, atau 20 tahun lagi akan mewarnai lanskap dan kebijakan kesehatan di Indonesia” kata Diah. “Merekalah yang kelak akan membuat kebijakan yang membawa spirit dan aspirasi tanah yang mereka pijak, bukan kebijakan dari awang-awang.”

Pencerah Nusantara juga menghantarkan Diah ke posisi prestisius saat ini, yakni Penasehat Senior Urusan Pemuda dan Gender WHO. Diah melapor langsung pada Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebhreyesus. “Saya tidak melamar, saya diminta langsung oleh Pak Tedros,” kata Diah, “Saya tahu apa yang kamu lakukan dengan Pencerah Nusantara, begitu kata Pak Tedros.”

Berkantor di Jenewa, dua tahun terakhir, Diah banyak belajar tentang pola pergaulan internasional. “Banyak jegal-jegalannya juga, haha. Saya terkaget-kaget awalnya.” Namun, yang lebih penting, Diah belajar bagaimana membuat program dan kebijakan yang inklusif dan partisipatif. “Kebijakan yang dikeluarkan WHO itu kan berlaku bagi semua negara. Jadi, harus hati-hati benar. Nggak boleh ada pihak yang ditinggal.”

Adakah mimpi yang belum tercapai? “Banyak, haha.” Salah satunya, kata Diah, adalah mewujudkan komunitas yang saling peduli, antara lain dengan secara sengaja menemukan mentor dan mentee seperti yang ditunjukkan Nila Moeloek dan Diah.

“Perempuan membantu perempuan, itu penting dan powerful.”

***

#PuanIndonesia #PuanJakarta #WomenSupportWomen

Pic by: Yeyen Yanuarizky

PUBLISHED BY Puan Indonesia
Go Top