Suyenti dan Kedai Kopi Apek

Belum sah singgah ke Medan tanpa minum kopi di Kedai Kopi Apek, di depan Pasar Hindu. Secangkir kopi susu atau teh tarik, setangkup roti panggang srikaya, akan menghangatkan hari. Plus, yang tak kalah hangat adalah sambutan nyonya kedai, @suyenti.t , 44 tahun.⠀
■ ⠀

“Sejak kecil saya bantu Kakek dan Papah di kedai ini,” katanya. Apek (kakek) Suyenti pertama mendirikan kedai ini pada 1919, seratus tahun lalu. “Bangunannya nggak berubah. Memang pesan Apek begitu, bangunan nggak boleh dirombak.” ⠀
■ ⠀

Buka pukul 6 pagi sampai 2 siang, kedai ini selalu ramai. Ada 8 meja kayu bundar di dalam kedai, tiap meja dikelilingi 6-10 kursi. “Nggak boleh satu meja dikuasai satu orang, harus berbagi dgn orang lain.” Tamu-tamu pun saling berkenalan. “Ada yang kemudian bisnis bareng. Ada yg terus pacaran, menikah, punya anak cucu.”⠀
■ ⠀

Seperti pemilik kedai yang telah tiga generasi, begitu pula pelanggannya. Suyenti mengenal sebagian besar pelanggannya. “Kalau ada anggota keluarga baru, dibawa ke sini, dikenalin ke saya.” Kedekatan yg tak pernah ditemui di kafe-kafe modern.⠀
■ ⠀

Kedai Kopi Apek, seperti tipikal kedai Cina peranakan di kota-kota lain. Sang pemilik kedai hanya menyediakan minuman, lalu pedagang lain di sekitar yang memasok makanan yang diorder konsumen. Kwetiau rebus yang ada di ruko seberang kedai, misalnya, adalah favorit pelanggan di sini. ■ ⠀

Roti panggang srikaya juga menu andalan Kedai Apek. Suyenti memanggangnya di tungku, bukan di alat pemanggang elektronik. Hasilnya, hmmm nikmat. ⠀
■ ⠀

Telur rebus di sini pun spesial. Ada telur 1/2 matang dan ada yg 3/4 matang. Telur ini disajikan dalam gelas kecil, dibubuhi bubuk merica dan kecap asin. Kok bisa akurat 1/2 dan 3/4 matang? “Hehe, itu rahasia dapur. Semuanya pake tangan, nggak ada mesin.”⠀
■ ⠀

Tangan dingin itulah yang membuat Suyenti dipercaya keluarga mengelola Kedai Apek, bukan saudara lelakinya. “Abang saya punya bisnis sendiri.”⠀
■ ⠀

Apa keinginan Suyenti? Suyenti terdiam beberapa jenak. “Saya ingin kedai ini ramai pelanggan baru, tapi jangan sampai pelanggan lama ilang. Mereka famili.”⠀

#CeritaPerempuan
#PuanIndonesia
#WomenStory
#LifeStory

PUBLISHED BY Puan Indonesia
Go Top