Farina Griffiths menikmati tinggal di Lyon, kota kedua terbesar di Prancis. Kota yang indah, tidak seriuh Paris. Kuliner di Lyon juga top. Restoran menyajikan makanan yg diolah para juru masak dengan sepenuh hati. “Setiap menu seperti sebuah puisi.”
Lyon juga punya hal yg teramat penting bagi Farina: “Sistem pendidikannya benar-benar menyenangkan.” Elang, 6 tahun, putra Farina dan Arlo Griffiths, setiap hari bangun pagi dengan gembira. Tak sabar dia menuju sekolah.
Di TK, Elang dan kawan-kawannya belajar dengan gembira. Semua pelajaran disampaikan dengan musik, menyanyi, menari. Wortel yg bikin pintar, petani yg berjasa menghasilkan makanan, juga tentang respek pada sesama. “Anak-anak itu bernyanyi dengan paduan suara dengan tiga jenis suara berbeda. Nyanyiannya tentang wortel, hihihi….”
Semua lagu, tarian, itu membuat Elang tumbuh jadi anak yang berani berekspresi. Bebas. Merdeka. Farina yg sehari-hari mengajar bahasa Inggris untuk kelas 5-12 di Lyon juga banyak belajar. ⠀
Elang juga belajar menjadi pribadi yg penuh kasih di sekolah. Misalnya, semua murid diminta membuat puisi untuk mama di setiap Hari Ibu, hari Minggu kedua di bulan Mei.
Puisi itu harus dihafalkan, lalu di pagi Hari Ibu, setiap anak diminta membacakan puisinya di hadapan sang mama yg baru bangun tidur. “Aduh, rasanya meleleh hati ini.” Mata Farina berbinar.
Berikut ini puisi Elang untuk sang mama.
*Si j’étais jardinier*
Si j’étais jardinier
Je ferais pousser une fleur en forme de cœur
Elle serait pour maman ⠀
Qui la garderait longtemps ⠀
Car maman saurait que la fleur c’est tout l’amour de mon cœur
*Seandainya aku seorang tukang kebun*⠀
⠀
Seandainya aku seorang tukang kebun⠀
Akan kupelihara sebatang bunga dengan bentuk hati⠀
Bunga itu untuk ibu yang akan setia menjaganya ⠀
Karena ibu pasti tahu bahwa bunga itu adalah segenap cinta dalam hatiku.⠀
***
Oiya, ini ngobrolnya bukan di Lyon (I wish), tapi di #Jakarta di rumah Mbak @Avimahaningtyas
#PuanIndonesia⠀
#CeritaPerempuan⠀
#Instagood ⠀
#LifeStory#motherandson
