Anindya Restuviani

@anindyavivi

“You have the power to end harrasement.” ⠀

Begitu moto di laman Hollaback Jakarta, platform yang memungkinkan siapa pun melaporkan pelecehan seksual yang dialami. Sebuah gerakan yang bergulir di 27 negara, bermula di New York, AS, tiga tahun lalu. ⠀

Di Indonesia, pelopornya adalah Vivi atau Anindya Restuviani, 28 tahun, bersama Angie Kilbane, sobatnya. “Kami menyediakan tempat aman, safe place, untuk bercerita tentang pengalaman pelecehan seksual tanpa perlu takut dihakimi,” kata Vivi. ⠀

Saban hari ada saja yang mengirim kisah kejadian yang bikin Vivi berseru, “Oh my God.” Ada yang berkisah tentang pelecehan yang dialami ketika si penulis kelas 5 SD dengan pelaku guru ngaji, ada yang dadanya dipegang penumpang bus kota, ada yang pelakunya adalah sepupu. “Tak ada komentar apa pun dari kami. Hanya ada tanda bintang yang bertuliskan: I got your back, kami mendukungmu.” ⠀

Sering kali korban pelecehan enggan bercerita karena kerap kisahnya direspon dengan nada meremehkan, “Ah, cuma begitu. Biasa itu.” Normalisasi perilaku pelecehan ini yang bahaya, bikin orang memaklumi pelecehan dan menyuburkan rape culture. Karenanya, Hollaback menyediakan platform tanpa ada komentar apa pun. “Bisa bercerita itu pun sudah jadi terapi buat korban.” Kalau ada yg butuh pertolongan, admin akan membantu menghubungkan korban dengan lembaga lain, misalnya LBH atau Yayasan Pulih.⠀

Tiga tahun Hollaback Jakarta bergulir, sudah hampir 600 cerita pelecehan yang masuk dari seluruh Indonesia. “Jakarta yang paling banyak, tapi bukan berarti kota-kota lain lebih aman. Boleh jadi ini cuma karena orang Jakarta yang lebih paham dan mudah mengakses Hollaback.”

Hollaback juga berkolaborasi dengan GoJek Indonesia memberi pelatihan pada pengemudi ojol. Awalnya, banyak yang skeptis. Etapi, dalam prosesnya, banyak pengemudi ojol yang menangis menceritakan pengalaman mereka. Sesi yang direncanakan dua jam molor jadi lima jam.

Pengemudi laki dan perempuan, ternyata, sama-sama rentan. “Ada yang burungnya dipegang, diremas. Tapi, dia bingung mau nurunin penumpang takut dikasih bintang satu dan di-suspended.” Juga ada pengemudi ojol yang dicium penumpang perempuan yang sedang mabuk. “Dia bingung juga mau lapor, kuatir malah dituduh sebagai pelaku.” ⠀

Pelatihan ini juga membuka mata manajemen GoJek, bahwa tak hanya penumpang yang perlu dilindungi tetapi juga pengemudinya. ⠀

Yang bikin terharu, kata Vivi, pengemudi ojol perempuan lebih kuat menyiapkan diri. Mereka tahu ini pekerjaan yang rentan, karenanya harus menyiapkan diri lebih baik mencegah pelecehan. ⠀

Intinya, Vivi menekankan, siapa pun bisa jadi korban pelecehan. Tak peduli lelaki, perempuan, juga tak peduli bagaimana model pakaianmu. Menyuarakan apa yang terjadi adalah salah satu cara untuk membuat pelecehan tidak dianggap normal. ⠀

Apa yang dirasakan Vivi setelah tiga tahun perjalanan Hollaback? “Wah, rasanya kita berada di komunitas yang saling menguatkan Biar pun nggak saling kenal, tapi rasanya pingin meluk semuanya.” ⠀

“Yes, we have the power to end harrasement.” ⠀

Pernah ada seorang bapak yang putrinya dilecehkan sopir ojol. Lalu, dia cari pengemudi ojol itu, dia tegur si sopir agar jangan sampai mengulang perbuatannya, dan kemudian si sopir dilaporkan kepada manajemen. “Saya nggak ingin memotong pencaharian orang lain. Tapi saya juga harus ada untuk membela putri saya,” begitu kata si bapak itu.⠀

Berbulan-bulan si bapak merasa bersalah telah memangkas rezeki orang. Dia sering tak nyenyak tidur memikirkan sopir yang mungkin sudah diputus kontraknya oleh manajemen ojol. ⠀

Vivi menenangkan si bapak. “Bapak sudah melakukan hal yang benar,” kata Vivi. “Bapak tidak hanya membela putri Bapak tetapi juga melindungi putri orang lain.”⠀

Waaa, turun air mata si bapak. “Begitu ya, Neng. Saya nggak pernah mikir begitu. Terima kasih, Neng.”⠀

#PuanIndonesia
#CeritaPerempuan
#WomenStory

PUBLISHED BY Puan Indonesia
Go Top