Tanah tempat Ina-ina yang begitu berani dan berhati besar Flores

Flores, tanah tempat Ina-ina yang begitu berani dan berhati besar.

Petronela Peni (slide 1 & 2) suaminya meninggal dibunuh 20 tahun lalu. “Bukan karena konflik suku, tapi persoalan pribadi. Tak apa. Itu sudah,” katanya gagah. ⠀

Sendiri dia besarkan anaknya, sambil berorganisasi di Pekka. “Tite (kami) keliling ke desa-desa, nggak ada gaji. Ada uang transport, termasuk buat naik turun kapal feri Adonara-Lembata-Larantuka,” katanya. Sebagai pengurus, Nella memastikan koperasi berjalan baik. “Karena kalau koperasinya bagus, Ina-ina bisa jual tenun, hasil kebun, dan bisa pinjam uang.” Nella menjalankan tugas dengan gembira. “Sebagai Ketua Serikat Pekka NTT, Kakak Nella ini seperti Jokowi di sini, haha.” ⠀

Lalu, ada Theresia Benga Ola (slide 3 & 4), 70 tahun. Dia salah satu maestro tenun di Adonara, detil tenunnya luar biasa rapi dan indah. Kepadanya banyak ina yang belajar menenun.⠀

Suami Ina Benga meninggal 12 tahun lalu. “Saya tak bisa menikah lagi, karena gading atau belis yang harus dibayar kepada keluarga almarhum suami sangat tinggi,” katanya. “Meskipun sebenarnya, almarhum suami saya juga masih utang belis pada saya, belum lunas. Kalau saya menikah lagi, belis itu entah bagaimana nasibnya.” ⠀

Belis atau mas kawin ini memang paradoks yg rumit. Di satu sisi, belis diniatkan sebagai penghargaan bagi seorang perempuan. Pada sisi lain, dia menciptakan kerumitan dan beban seperti yg dihadapi Ina Benga.⠀

“Sudahlah, tak usah pusing soal gading,” katanya. Dia lebih suka konsentrasi menenun. “Ada cucu yang harus saya biayai sekolahnya.”⠀

Di Rumah Pekka, ina-ina saling curhat. Air mata kerap bercampur tawa. Ada yg berkisah tentang baku pukul di rumah. Ada yg cerita tentang suami yg sepuluh tahun merantau tanpa kabar, lalu tiba-tiba si suami pulang membawa anak. “Mamaeee, itu anak dia suruh goe (saya) yang rawat, hahaha aduh mamae…”

Bukan Ina-ina Flores jika tak kokoh. Jika suasana rumah sedang tak asyik, jika hati galau, mereka datang ke Rumah Pekka, menenun, berkebun, memasak, dan tertawa bersama. “Tite hibur diri sama-samalah.” ⠀

PUBLISHED BY Puan Indonesia
Go Top