Menghirup Cerita, Menyesap Papua

Emas hijau dari Papua tumbuh dan dirawat dengan ketulusan.
Cita rasanya melanglang buana, membawa cerita di setiap tegukan.

LUCIA RUNGGAERI tak pernah menyangka bahwa langkahnya di dunia akademik justru menuntunnya beralih ke industri kopi. Berbekal latar belakang Biologi dari Universitas Cenderawasih dan studi S2 di James Cook University, Australia, ia awalnya meniti karier sebagai dosen.

Namun, hidup membawanya ke persimpangan baru, dan bertemu kopi, yang lebih dulu digeluti sang suami. Pertemuan dengan si ‘emas hijau’ itu pun menjadi titik balik yang mengubah arah perjalanannya.

Awalnya, saya cuma ingin membantu. Saya tidak punya latar belakang di bidang kopi, tapi sem akin saya belajar, semakin saya jatuh cinta,” ungkap Lucia.

Baginya, kopi bukan sekadar komoditas, tetapi juga perpaduan ilmu dan seni yang memikat hati. Ibu satu anak ini lantas tekun menyelami setiap aspeknya, dari mendalami cita rasa, menguasai proses pascapanen, hingga merancang strategi untuk membawa kopi dari Bumi Cendrawasih ke pasar global.

Semesta merestui, sebab dalam prosesnya, Lucia bertemu dengan banyak pihak yang kian meneguhkan tekadnya. Adalah sosok Kris Priyatmoko, salah satu sahabat suaminya, yang memberi banyak wawasan sekaligus dorongan. Selain itu, ada juga Giri Arnawa dari Ekonomi Hijau yang melihat potensi besar kopi Papua dan menaruh kepercayaan padanya.

Kami sadar, kopi Papua memiliki karakter unik yang bisa bersaing di pasar nasional maupun internasional,” ungkap Lucia penuh keyakinan.

Dengan keyakinan yang kuat, Lucia dan timnya membangun sebuah ruang untuk menampung gagasan dan mewujudkannya. Langkah itu dimulai dengan Highland Coffee pada 2014, sebelum akhirnya berganti nama empat tahun kemudian.

Menapaki perjalanan tersebut, kecintaan Lucia terhadap kopi semakin mengakar. Setelah mengikuti kursus roasting atas saran Kris, mereka memutuskan untuk mendalami proses sangrai, sebuah keputusan yang menandai babak baru dan melahirkan identitas yang lebih relevan: Highland Roastery.

Secangkir Cerita dan Tradisi

Lucia menegaskan bahwa pergerakannya di industri kopi bukan sekadar bisnis, tetapi bagian dari misi yang lebih besar. Baginya, kopi Papua harus dikenal dunia, tidak hanya karena cita rasanya yang khas, tetapi juga karena kisah dan tradisi yang menyertainya.

“Lebih dari soal rasa, ada nilai yang harus terus hidup dalam setiap cangkirnya,” tutur Lucia. Dengan semangat itu, Highland Roastery tumbuh bukan hanya sebagai tempat pengolahan kopi, tetapi juga sebagai pusat edukasi dan pemberdayaan bagi petani lokal.

Tantangan pun bermunculan. Salah satu kendala terbesar yang dihadapi para petani kopi di Papua adalah akses pasar yang terbatas, kurangnya pemahaman tentang standar kualitas, serta tantangan logistik akibat kondisi geografis yang sulit.

Untuk mengatasi hal tersebut, Lucia dan tim menerapkan sistem hulu-hilir yang berfokus pada pelatihan bagi para petani agar mereka memahami standar kualitas kopi yang sesuai dengan permintaan pasar.

Selain itu, mereka juga berupaya membantu petani mengakses pasar yang lebih tersebar melalui jaringan pemasaran yang efektif dan menjaga kualitas serta keberlanjutan kopi dengan penerapan metode panen selektif, proses pascapanen yang bersih, serta penyimpanan yang baik.

Lucia memastikan jika jalur yang ditempuhnya itu bisa tetap berkelanjutan dan mampu meningkatkan kesejahteraan petani dengan menerapkan model kemitraan yang adil. “Kami memastikan petani mendapatkan harga yang layak sesuai dengan kualitas biji kopi yang mereka hasilkan. Ini bukan sekadar bisnis, tapi tentang kesejahteraan bersama,” tegasnya.

Diversifikasi produk juga menjadi salah satu strategi utama. Yakni, mengolah kopi dalam berbagai bentuk, seperti drip bag dan kopi bubuk premium, sehingga produk mereka dapat menjangkau pasar lintas negara.

Dengan langkah-langkah tersebut, Lucia berharap giatnya terus berkembang dan menjadi jembatan bagi petani kopi Papua untuk mendapatkan pengakuan di kancah dunia.

“Mimpi saya adalah melihat para petani tumbuh bersama kami, merasakan manfaat dari kerja keras mereka, dan yakin bahwa kopi Papua punya tempat di dunia,” tuturnya.

Belajar, Berkarya, Berdaya

Komitmen Lucia senantiasa terawat, Sejak 2020, bersama Highland Roastery, ia menjalankan kelas barista dengan satu visi utama: membekali anak-anak muda Papua dengan keterampilan yang relevan dan berdaya saing tinggi di industri kopi. Melalui pelatihan, para peserta tidak hanya dipersiapkan untuk bekerja di kedai kopi, tetapi juga didorong untuk melihat peluang sebagai wirausaha muda di sektor ini.

Kami ingin anak muda Papua memahami bahwa kopi bukan sekadar minuman, tetapi juga sebuah industri yang bisa menjadi masa depan mereka,” kata Lucia, “Program ini menjadi bagian dari upaya pemberdayaan, agar generasi muda tidak hanya menjadi penikmat, tetapi juga pelaku utama dalam ekosistem kopi,” tambahnya.

Tantangan lain yang disoroti Lucia adalah masih kuatnya bias gender dalam industri kopi, yang iklimnya didominasi laki-laki, terutama untuk sektor produksi. Hal ini menjadi hambatan tersendiri bagi perempuan Papua yang ingin berperan lebih jauh

Sebetulnya peran perempuan tak kalah penting, terutama dalam menjaga kualitas dan memastikan setiap tahapan, dari biji sampai ke cangkir,” tukasnya. Dengan demikian, Lucia pun berupaya menciptakan ruang yang lebih inklusif, agar semakin banyak perempuan dapat berkontribusi dan berkembang di industri kopi.

Tak ayal, Lucia pun bergerak menciptakan ruang yang lebih inklusif di Highland Roastery. Baginya, semakin banyak perempuan terlibat dalam industri ini, perlahan batasan yang ada mulai memudar, membuka peluang lebih baik bagi generasi untuk berkarya.

Kopi dan Perempuan

Di balik semangatnya yang terpancar, Lucia menyimpan kisah lain. Sebagai penyintas tumor, pengalaman hidup mengajarkannya untuk lebih menghargai kesehatan, sekaligus membentuk cara pandangnya saat merintis usaha dan merangkul komunitas, khususnya di Jayapura.

“Sejak saat itu, saya semakin percaya kalau kehidupan saya dapat berguna bagi banyak orang, dimulai dari keluarga, teman-teman dekat, bahkan orang yang baru saya temui,” kenangnya.

Ia merasa bahwa kebaikan dan kemurahan Tuhan, serta energi positif dari orang-orang di sekitarnya, telah membantunya menjalani hari-harinya pulih dengan sukacita. Lebih jauh, pengalamannya bergumul dengan ujian kesehatan membawa kesadaran tentang pentingnya menghargai waktu dan hubungan dengan orang lain.

Kopi dan perempuan. Dua hal yang merangkum dedikasi seorang Lucia. Di penghujung perbincangan dengan Puan Indonesia, ia menegaskan ihwal kedua kata yang menjadi bagian dari filosofi yang menuntun kegigihannya itu.

“Karena perempuan Papua dikenal sebagai penjaga tradisi dan berperan menjaga warisan lokal,” ujarnya. Begitu pula dengan kopi Papua yang tumbuh di tanah yang kaya akan budaya dan sejarah.***

***Deasy Tirayoh

PUBLISHED BY Puan Indonesia
Go Top