Susan Rawaborot

Ini kisah dua perempuan Pulau Adonara,Susan Rawaborot @zerainosusana (dari Desa Redon Tena) dan Petronela Masi Suban (dari Desa Adobala). Bersama mereka mencari dan meniti jalan damai.

Adonara dan damai, sayangnya, tak selalu berjalan seiring. Desa-desa kerap bertikai, bahkan saling bunuh. Konflik bisa bermula dari batas tanah adat, perselisihan belis (mas kawin), atau perkataan menyakitkan –yang mungkin terjadi beberapa generasi lampau.

Pada 2013, paman Susan dibunuh oleh orang Adobala. “Sebabnya, entah apa,” kata Susan. Suasana memanas, baku pukul terjadi. Hubungan antar warga yang tadinya rapat jadi renggang, termasuk pertemanan Susan-Masi.

Perjalanan hidup kemudian membawa Susan-Masi dalam sebuah persinggungan. Pada 2016, keduanya dipercaya @dinnyjusuf, TorajaMelo, memberi pelatihan menenun untuk ibu-ibu di Mamasa, Sulawesi Selatan.

“Waktu itu, goe (saya) pingin pukul ini Masi,” kata Susan. Di dalam hatinya ada pergulatan. “Kalau goe baik sama dia, seperti ada perasaan bahwa goe berkhianat pada Redon Tena. Gimana, Ama Besar (paman) goe dibunuh.”

Masi Suban pun tak merasa nyaman. “Takut juga goe,” kata Masi. “Mau mulai ajak Susan bicara tapi kuatir dan takut.”

Selama beberapa pekan Susan-Masi tak saling bicara. Mereka berkerja sama tapi serasa orang asing, makan pun harus terpusah. “Tersiksa juga sebenarnya goe karena tite (kami) teman baik di organisasi Pekka,” kata Susan.

Lalu, datang peringatan Paskah. Susan dan Masi bersiap pergi ke gereja. Saat itu hari hujan. “Goe tawari Masi pergi sama-sama.” Berdua mereka pergi ke gereja, diawali pelukan saling memaafkan. “Sudahlah, ya, ngapain tite bermusuhan,” kata Susan. “Kematian Ama Besar itu memang sudah takdirnya, mungkin dulu Ama ada salah atau bagaimana tite tidak tahu.”

Susan-Masi akrab kembali. Redon Tena dan Adobala juga kembali normal. “Keluarga sudah saling kunjung,” kata Masi. “Lebih enak damai, kan.”

#PuanIndonesia
#WomenStory
#PerempuanKepalaKeluarga

PUBLISHED BY Puan Indonesia
Go Top