Mamak Dahniar

BURUNG PENENUN

Maukah kau belajar pada burung tempuo?

Mamak Dahniar, 72 tahun, di Nagari Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, memperkenalkan si burung tempuo ini. “Lihat itu sarangnya. Dianyam sangat teliti. Bahannya lembaran rumput-rumput kering.”

Proses menganyam bisa berlangsung seminggu. Saban hari dalam seminggu itu, bapak dan ibu tempuo bersama-sama membangun sarang. “Luar biasa, burung itu rajin. Pekerja keras.”

Sumpur Kudus yang permai, yg terkurung di kesunyian gugus pegunungan Bukit Barisan. Pepohonan masih rapat di sini, sungai berair jernih sejuk, masih banyak dijumpai sarang burung tempuo di sini. Sayang, saya cuma ketemu sarangnya, burungnya udah terbang entah ke mana.

Setelah seminggu, sarang selesai dianyam, ibu tempuo akan bersarang dan bertelur. Nah, bagian sarang yang menonjol itulah tempat telur. Ibu tempuo akan mengerami telur di sarang yang nyaman dan hangat, hingga telur-telur menetas.

Mendengar kisah Mamak Dahniar ini, saya segera mengecek kisah burung tempuo di gugle. Memang mengagumkan burung bernama latin Ploceus baya ini. Anyamannya rapi jali dan rapat, hingga dijuluki burung penenun (weaver bird). Di Malaysia, bahkan ada dongeng si burung tempuo menganyam sarangnya dengan jarum emas. Jika anyaman itu diurai hati-hati, maka kau akan menemukan jarum emas itu. Tapi, jika seutas saja anyaman tercerabut, jarum emas tak akan ditemukan. Hehe, pantesan tak ada yg nemuin itu jarum.⠀ Oya, Mamak Dahniar masih kerabat Buya Syafi’i Maarif, tokoh Muhammadiyah yang lahir di Sumpur Kudus. “Usia kami terpaut 12 tahun. Dulu waktu kecil, kami sering main di sungai Batang Sumpur.”

#PuanIndonesia
#PuanSumbar
#CeritaPerempuan
#WomenStory

PUBLISHED BY Puan Indonesia
Go Top