Mbah Prawiro

Mbah Prawiro punya ritual yang dia jalani sepenuh hati. Pagi pukul 6 sampai pukul 10, dia turun ke pematang sawah di Nitiprayan, Bantul. “Griyo kulo celak mriki, rumah saya dekat sini.”⠀

Simbah menyiangi rumput liar yang tumbuh di kiri-kanan saluran irigasi. Tangannya yg renta sigap mengambil sampah yg menyumbat aliran air. Cangkul di tangannya sesekali beraksi. “Kulo nanem bayam di sini, lumayan buat dimasak sayur, to.”

Simbah tak punya lahan, dia memanfaatkan lahan di kiri-kanan saluran irigasi itu. “Imbalannya, kulo resiki, saya bersihkan saluran air ini.”⠀

Nggak capek, Mbah? “Ha mboten, tidaklah. Sebentar lagi saya pulang, istirahat tidur. Nanti sore, nyapu, merawat ayam di rumah. Lumayan kalo bertelur, endoge bisa buat lauk atau jamu.”⠀

Usia berapa, Mbah? “Welah, ndak inget. Pokoknya bertahun-tahun lalu sudah 84 tahun. Ya, mungkin sekarang 90 lebih. Saya ini mengalami zaman perjuangan dulu, perang, ngungsi sana-sini.”⠀

Rahasia hidup sehat dan panjang umur? “Mboten menggalih macem-macem. Atine karep kuat waras sehat. Niku mawon.” Artinya, nggak berpikir macam-macam, hati kuat bertekad sehat dan waras. Itu saja. ⠀

PUBLISHED BY Puan Indonesia
Go Top