Metode Kasih Sayang

Saya pernah frustrasi. Putus asa. Semua metode mengajar musik gagal saya terapkan. Tanah Liat, murid saya, pasif tak bereaksi.

Saya bilang ke ibunya Tanah, Bu @rahayutrisni , saya mundur saja. Nggak enak, sudah berminggu-minggu Tanah, yg down syndrome, nggak ada kemajuan. Bu Yayuk nggak kasih izin. “Coba lagi, Pi,” katanya.

Saya riset, belum nemu metode efektif mengajar musik untuk anak berkebutuhan khusus. Saya berdoa. “Tuhan, saya sayang anak ini. Beri saya jalan buat masuk ke dunianya.”

Besoknya, seperti dapat pencerahan, saya harus bisa ngikuti cara berpikir Tanah. Dia suka hal yg berurutan. Selama ini aba-aba saya adalah: “Setelah ketukan keempat drum digebuk, ya, Mas. Yak, 1, 2, 3, 4, satuuu!” Pantesan gagal terus. Lha, masakan habis 4, balik ke 1. ⠀

Aba-aba saya ganti, “Hitungan lima gebuk ya, 1, 2, 3, 4, lima!” Bam! Tanah menggebuk drum tepat waktu. Aduuh, leganya minta ampun. ⠀

Setelah itu proses belajar jd mudah. Saya simpan semua metode yg saya pelajari di kampus ISI. Istilah musik, seperti andante, allegro, moderato, simpan di laci. Saya masuk dgn hal yg dipahami Tanah. Misalnya, kita ada di gang jadi gebuk pelan-pelan, atau ini sudah masuk jalan tol jadi bisa gebuk cepat. ⠀

Perlahan, kemampuan Tanah membaik. Gebukannya berirama, kakinya bisa main pedal. Tanah juga main di band, yang menuntut dia berkoordinasi dg pemain lain. Kapan harus nggebuk keras, kapan pelan, dia paham. Tanah bisa berbagi telinga dg anggota Band Eman-Eman. Drum ini memang alat komplet buat latihan berbagai syaraf motorik dan koordinasi berbarengan. ⠀

Enam bulan belajar, 2013, Tanah tampil di depan umum. Wah, rasanya terharu. 
Sekarang tiap bulan Tanah ada jadwal manggung. Kalau sudah beraksi di panggung, udah nggak kelihatan dia punya down syndrome. Dia pun berinteraksi dgn anggota band dan penonton. Hebat, Mas Tanah. (BERSAMBUNG)

PUBLISHED BY Puan Indonesia
Go Top