Rosina Soik Taek, 80 tahun, adalah kisah tentang cinta yang sungguh seluruh. Cinta Rosina yang luar biasa pada tais atau kain tenun, yang proses pembuatannnya begitu lama, berminggu bahkan berbulan. Begitu cintanya, Rosina menyediakan kaki dan tangannya ditato motif tenun.
Ada motif candi, burung walet, bunga, juga kotak-kotak geometris rumah adat. Kalau ada penenun yang lupa motif lama, maka dia akan menengok kaki dan tangan Mama Rosina, tempat motif tenun diawetkan.
Kapan Mama Rosina ditato? “Dulu, waktu masih umur belasan tahun,” kata Isto, cucu buyut Mama Rosina. Artinya sekitar tahun 1940an ketika belum ada kamera hp yang memudahkan orang merekam apa pun seperti saat ini. Gadis-gadis penenun di Atambua, Belu, ketika itu banyak yang menato motif tenun di tangan dan kakinya. “Ini bukan tato biasa, tapi rajah,” kata Isto. Sakitnya jauh melebihi proses tato biasa. “Mama lebih berani dari kami-kami yang anak muda.” Di Desa Faturika, RumahbAdat Beituka Raimanuk, Atambua, Mama Rosina adalah mama yang dihormati. Pada upacara-upacara keluarga, atau saat menerima tamu seperti saat menerima kedatangan saya, pertengahan 2018 lalu, Mama Rosina dan semua warga mengenakan kain tenun terbaik sebagai penghormatan.
Sungguh saya terpesona pada Mama Rosina dan kisah tato di tubuhnya.
#ceritaperempuan
#PuanIndonesia
#womenstory
#storyoflife