Tess dan Serampah di Papua
“Nona akan kembali nanti sore ke Jakarta?” Duh. Hatiku serasa tertusuk mendapat pertanyaan itu. Harus diakui, selama ini kelakuan banyak pejabat Jakarta seperti itu. Sampai di Papua pagi hari, berkeliling seharian, lalu malam kembali ke Jakarta.
Ketika itu awal 2018, bersama Tim Kantor Staf Presiden (KSP), saya menuju Asmat. Kami ditugasi mencari tahu kondisi lapangan terkait wabah serampah atau campak, yg merenggut 72 nyawa anak di Kampung As-Atat. Kondisi geografis sulit, tak ada petugas kesehatan, dan obat tak tersedia.
ami berkeliling berhari-hari. Dari Agats ke As-Atat, naik speedboat lebih dari 8 jam. Kami menyusuri rawa-rawa. Tampak deretan pondok sementara atau bivak di tepian, tempat penduduk tinggal berpindah-pindah. Saya jadi paham, layanan kesehatan yg permanen tidak akan efektif. Yang diperlukan adalah layanan yg bergerak fleksibel.
Menembus belantara, saya sangat tak berdaya di hadapan wajah-wajah warga kampung As-Atat. Air mata tak terbendung, menyaksikan Mama-Mama kehilangan anak.
Kembali ke Jakarta, saya bikin laporan lengkap. Bermalam-malam saya nggak tidur, memastikan data dan informasi akurat. Saya berusaha keras agar seluruh materi tersusun rapi & mudah dipahami pengambil keputusan.
Akhirnya wabah berakhir. Pada 5 Februari 2018, Bupati Asmat mencabut status KLB. Semoga wabah campak tidak singgah lagi di Asmat. Semoga fasilitas kesehatan dibenahi sesuai karakter alam Papua.
Saya mencatat dalam hati, bahwa dalam memahami persoalan lokal, tidak ada yang lebih baik daripada meminjam mata dan hati orang lokal.⠀
⠀
****
Begitulah kisah @tez.sembiring, 34 tahun. Nona Batak ini salah satu penulis di buku “Bukan Remahan Rengginang”, kisah generasi milenial yg bekerja di KSP.
Sejak umur 14 tahun, dia hidup di luar negeri, mendapat beasiswa di Singapura, berlanjut di Institute of Development Studies University of Sussex, Inggris. Lulus 2015, Tess bekerja di London. “Ada gejolak batin tiap balik ke kampung, di Pekanbaru. Warung Bi Etek ya gitu-gitu aja, nggak berubah,” katanya.
Tess pulang ke Jakarta, hingga akhirnya, 2016, dia berlabuh di KSP.
Pic by @mlcko