Menjemput Senyum Anak Rimba

Pondok kayu itu sudah hidup sejak pk 4 pagi. ⠀

“Ayo, bebet, goding!”⠀
Bebet adalah panggilan untuk lain jenis, goding panggilan untuk lain jenis.

Besidam, Mergo Bungo, Margo, Meruan, menuruni pondok. “Masih gelap ini. Tunggu pagilah,” kata @yohanamarpaungg Yohana Marpaung. Bebudak (anak-anak) itu tak peduli. Mereka makin riuh. ⠀

Turun dari pondok, mereka menyalakan tungku kayu api. Masak nasi di ketel. Teri, kentang, lombok, bawang ditumis. ⠀

Pk 6, sarapan tersedia. Juana, anak Rimba tak bisa melafalkan Y, membagikan sarapan. Kata Besidam, “Enak…!” ⠀

Yo juga memandikan, menggunting kuku, anak-anak ini. “Sudah kayak induk, ibu, mereka.” ⠀

Usai sarapan, anak-anak masuk pedalaman hutan. Mereka harus membantu orang tua, yang tinggal di sudung (tenda terpal) di hutan: menyadap karet, petik buah, atau berburu babi. ⠀

Pondok jadi sepi. ⠀

Tengah hari, ramai lagi itu pondok. Anak-anak datang. Bermain. Ambil buku, duduk melingkar di pondok.⠀

Orang Rimba Sungai Terap amat ketat menjaga adat. Anak-anak hanya boleh belajar membaca, menulis, dan berhitung. Lebih dari itu, tak boleh. ⠀

“Anak-anak semangat betul. Siang, sore, malam, saya siap aja kalo mereka sudah ambil buku,” kata Yo. “Pernah dibangunin jam 2 pagi, mereka minta belajar.”⠀

Selelah dan sengantuk apa pun, Yo tak pernah menolak. Berdasar pengalaman, “Kalau kita nolak, entar bakal susah betul mengajak mereka belajar lagi.”⠀

Delapan bulan Yo menjadi fasilitator pendidikan di Sungai Terap. Lulusan S1 Antropologi USU, dan S2 di UGM, ini pernah bekerja di World Bank. “Saya nggak cocok di belakang meja, maunya main ke hutan.”⠀

Yo bergabung dg @kki_warsi dan ditugaskan menjadi fasilitator pendidikan. Rasanya seperti mimpi jadi kenyataan. “Capek, sih. Beberapa kali pingin mengundurkan diri. Sudahlah nggak ada sinyal, saya pun udah kena malaria.” ⠀

Keinginan resign sirna saat Yo melihat senyum anak-anak. ⠀
Yo pernah pergi ke Kota Jambi agak lama. Kembali ke Terap, dia mendapati “surat cinta” dari anak-anak. “Kapan mikha (kamu) kembali, kami rindu. Kapan kita petik buah di tepi sungai lagi?” ⠀

#PuanIndonesia
#CeritaPerempuan#Jambi
#instagood

PUBLISHED BY Puan Indonesia
Go Top