Masa Depan pada Sebingkai Layar

Andari Karina Anom (Karina) adalah mantan wartawan Tempo yang kini menjadi dosen di bidang jurnalistik. Saat ini, ia menjabat Head of Communication Program, Faculty of Computing and Media, Binus University International. Cita-citanya ingin ikut berkontribusi menyemai generasi baru wartawan dan penulis Indonesia yang lebih baik.

Tahun 2020 adalah tahun yang begitu ingin saya lupakan—mungkin Anda juga—sekalipun tak akan bisa dihapus dari memori. Tahun yang sarat akan cerita dan berita tentang duka: kawan-kawan, sanak keluarga, serta orangorang yang kita kenal dan tak kita kenal. Semua melebur dalam cerita sedih pandemi. Tentang kota dan kampung yang sepi. Tentang mal dan pasar yang mendadak lengang. Tentang wajah yang dibekap masker. Tak terkecuali tentang koridor kampus dan sekolah yang mendadak kosong. 

Dalam sekejap, kita pun akrab dengan kosakata work from home dan school from home. Pandemi bagaikan tombol pause yang menghentikan sementara semua kegiatan normal. Tak ada kata tidak siap. Semua aktivitas belajar-mengajar dialihkan ke kegiatan daring. Pertemuan langsung dengan mahasiswa, yang sebelumnya biasa saja, kini terlarang. Semua interaksi manusiawi terpaksa digantikan oleh makhluk bernama “online”. 

Dari sisi teknologi, para dosen mesti cepat menyesuaikan diri. Tidak banyak waktu adaptasi. Semua serba cepat dan terengah-engah berubah. Berbagai pelatihan digelar. Beragam aplikasi kelas online dijajal. Semua demi menjalankan proses belajar-mengajar yang maksimal dalam situasi serba tak pasti ini. Bagai mengayuh dayung di arung jeram, kami, para dosen, harus sigap mengubah haluan agar tidak tertabrak “karang” pandemi. 

Kami menyesuaikan kurikulum dan silabus pengajaran, cara mengajar di kelas, bentuk penugasan, metode ujian, sidang skripsi, bimbingan mahasiswa, dan semua kegiatan kampus. Berubah bukan pilihan, melainkan cara bertahan. Semua interaksi langsung antar-manusia mendadak lenyap berganti dengan layar. 

Saya sangat terbantu karena Universitas Bina Nusantara, tempat saya mengajar, cukup cepat mengantisipasi perubahan dan beradaptasi dengan teknologi. Banyak metode dan aplikasi baru yang saya pelajari dan harus segera dikuasai dalam waktu singkat. Dari awalnya tergagap-gagap, saya merasa kini lebih fasih memanfaatkan berbagai teknologi. Hal yang tak terelakkan dalam perkembangan dunia yang serba digital, termasuk di pendidikan tinggi.

Pandemi membuka kesempatan melakukan hal-hal yang tak terpikirkan. Krisis membuka peluang yang dulu tak terbayangkan.

Andari Karina Anom

Namun mengajar bukan hanya soal teknologi, tapi juga pedagogi. Dunia boleh berubah, perangkat boleh berganti, tapi kegiatan mendidik tetap sama. Dosen tak hanya dituntut menguasai materi, tapi juga mampu menyampaikannya kepada mahasiswa—apa pun bentuk kelasnya. Dosen juga harus tetap mengenali karakter mahasiswa dan berkomunikasi baik dengan mereka, terutama dalam situasi new normal seperti ini. 

Berdasarkan pengalaman saya berbulan-bulan mengajar online, yang paling penting bukan hanya materi yang disampaikan di kelas. Yang utama adalah menjaga motivasi peserta didik. Bagaimana merawat stamina fisik dan psikis agar mereka tidak mudah depresi pada saat sulit. Cukup banyak mahasiswa yang sukses melalui kelas-kelas online, tapi tak sedikit yang berjuang keras melawan stres dan kelelahan jiwa. Seperti mahasiswanya, dosen juga berjuang dan bertahan melampaui badai yang sama. 

Tapi kita tak sedang meratapi nasib. Kita tak mengutuk kegelapan, melainkan memanfaatkan tantangan ini untuk berubah. Pandemi membuka kesempatan melakukan hal-hal yang tak terpikirkan. Krisis membuka peluang yang dulu tak terbayangkan. Dosen dan mahasiswa bisa menjalin lebih banyak kerja sama di dalam dan luar negeri. Kami menjelajahi kegiatan baru yang lebih kreatif dan penuh terobosan tanpa hambatan jarak dan waktu.

Tahun 2020 mungkin ingin kita lupakan, tapi begitu banyak jejak yang meninggalkan bekas. Dari sebingkai layar komputer, kami tetap berusaha mengantar mahasiswa menuju masa depan yang membentang. 

Jakarta, Oktober 2020

PUBLISHED BY Puan Indonesia
Go Top