Chika Bagaskara

@chikabagaskara, putri sulung Katon Bagaskara. Seperempat abad usianya, banyak maunya. “Gampang berubah, tergantung buku yang sedang saya baca,” katanya. “Kalau lagi baca Kahlil Gibran, saya bisa jadi kayak pujangga. Tapi, kalo pas baca novel chik-lit, saya jadi berubah urban centil gitu.” – – 

Punya banyak minat membuat Chika tak betah kuliah di LSPR. Berulang kali dia cuti kuliah, lalu bekerja macam-macam. Mulai dari magang di perusahaan PR, event organizer, kafe, juga galeri seni. Pada semester ketujuh, hatinya gundah lantaran sebuah lowongan kerja di Kibar, sebuah inkubator start up. “Kayaknya asyik. Lagian, dari awal saya emang nggak betah kuliah.” – – Bertanyalah Chika pada orang tuanya. “Papa nyuruh saya meditasi. Walah, gimana tuh, saya kagak tahu cara meditasi.” Singkat kata, Chika memutuskan berhenti kuliah dan memilih bergabung dengan Kibar. “Ternyata seru, temenan dengan geng start up.” Banyak hal baru yang dia pelajari. – 
Lalu, apa yang paling berkesan? “Bukan soal kerjaan, sih, tapi soal puisi.” Dari kecil Chika suka menulis puisi. –
– 
Suatu ketika, Chika diminta membaca puisi di kafe tempatnya bekerja. “Deg-degan. Rasanya kayak telanjang. Itu pertama kali saya membuka sisi diri saya yang lain.” Selama ini Chika menutup rapat hobi berpuisi itu. “Soalnya, sehari-hari saya kan orang ceria. Padahal, puisi saya sering dark, agak-agak gelap gitu. Papa jadi worry kalau baca puisi saya, dan nanyain ‘are you okay’?” Ketimbang ditanya macam-macam, maka puisi-prosa tulisannya pun disembunyikan saja. – – 
Setelah baca puisi di kafe itu, Chika lebih berani mengekspresikan diri dan karyanya. “Ini petikan puisi Chika, ya, buuu….” – – “Bayang-bayang, Apalagi yang harus kutulis hingga kukenyang?
Ya, aku harus kenyang mereka bilang,
Tapi bagaimana aku bisa kenyang jika selama ini aku nyaman merasa lapar?” #CeritaPerempuan
#PuanIndonesia
#WomenStory
#LifeStory

PUBLISHED BY Puan Indonesia
Go Top